Danu Sofyan, pemilik Radja Cendol atau Randol |
Kita beralih ke dunia usaha.
Di tengah gempuran minuman berlisensi luar negeri, beberapa wirausahawan Indonesia malah mengusung minuman tradisional sebagai bisnisnya. Dengan dikemas secara lebih modern, bisnis minuman asli Indonesia mampu meraup keuntungan yang menjanjikan.
Jangan menganggap remeh pada hal yang berbau tradisional. Justru mengusuh sesuatu yang tradisional, pria kelahiran Tasik, 28 tahun silam ini mampu memiliki omset usaha 1,5 Milyar rupiah per bulan.
Inilah usahanya: Radja Cendol, disingkat Randol.
Danu Sofyan, pemilik Radja Cendol, "Pertama kali tercetus ide randol ini karena pangsa pasar di Indonesia itu terintimidasi oleh produk luar. Akhirnya saya observasi usaha apa ya yang asli Indonesia banget. Saya observasi di internet, mencuatlah cendol. Ternyata cendol mewakili Indonesia dalam daftar 50 minuman terlezat di dunia."
Untuk menarik pasar masa kini, Danu mengubah komposisi santan pada cendol menjadi susu. Dilengkapi aneka macam topping dan ukuran cendol yang dirubah lebih besar, jadi Randol mirip dengan bubble drink yang sangat populer saat ini.
Untuk meningkatkan brand awareness, menu-menu di Randol pun dibuat unik, seperti Si Ivan karokean alias Is Vanilla Kokies Oreo, pokoke enak pisan. Dan Digondol Satpol, dimana green tea dan cendol bersatu itu bisa nampol.
Bermodalkan 8 juta rupiah yang dikumpulkan secara bertahap, Danu mampu mengembangkan bisnisnya dengan sistem franchise. Dalam waktu 1,5 tahun, sudah ada 680 outlet Randol yang tersebar di seluruh Indonesia.
Suwe ora jamu menyasar pasar anak muda
|
Suwe Ora Jamu menghadirkan gaya hidup tradisional yang sehat di era modern.
Ekspansi Usaha Suwe Ora Jamu.
Senada dengan Randol, suwe ora jamu pun mengusung bisnis tradisional sajian modern. Bedanya kedai jamu yang sudah ada sejak 3 tahun lalu ini tidak mengembangkan bisnisnya dengan sistem franchise, melainkan partnership.
Dengan sistem ini, pendirian Suwe Ora Jamu atau SOJ masih sangat terlibat di setiap cabang baru yang dibuka. Sistem partnership dianggap mempermudah SOJ yang tidak hanya perlu menjaga standar kualitas produk, tapi juga kualitas informasi tentang jamu kepada konsumen.
Read more:
Terima kasih Pak Uwi Mathovani, karena Suwe Ora Jamu kian diminati oleh Masyarakat
Jonathan Lesmana, pengelola Sue Ora Jamu, "Yang jadi patokan kita adalah setiap costumer kita itu harus bisa mendapatkan produk knowledge tentang jamu ini secara benar, dimanapun. Dititik manapun harus sama."
Menyasar pasar anak muda, SOJ pun melakukan penyesuaian. Aneka jamu sandar, seperti beras kencur, dan kunyit asam dibuat dengan rasa lebih ringan. Tersedia juga jamu modern seperti Moctakaritamarin yang rasanya menyerupai smoorties.
Pada tahun pertama memang banyak tantangan dalam memperkenalkan jamu pada konsumen, namun dengan menjaga konsistensi dan kualitas di tahun ke 2, SOJ sudah mampu membuka 1 cabang baru dan menambah produk jamu botol. Ekspansi pasar pun bertambah besar di tahun ke 3 dengan membuka cabang baru bersama mitra di Jakarta dan produk jamu botol mulai merambah pasar pulau Bali.
Video:
Foto: