Ya, beruntung saya mengenal Ibu Sri. Hari ini saya diajak membuat salah satu penganan khas dari tanah Blambangan, tepatnya di desa Sragi, kecamatan Seronggon, kabupaten Banyuwangi.
Pinisri, warga Banyuwangi
Noni Zara, food traveller
Kulo nuwon.
“Monggo”
Ibu Sri
Apa kabar ??
“Baik”
Jadi bikin kue ??
“Jadi. Ya, silahkan masuk.”
Saya masuk yah.
“Ya . . . .Ya. . . “
Wiih, udah disiapin dari tadi yah. . . .
Jadi kita mau bikin apa nih Bu ??
“Sekarang kita bikin kue bagiak. Ini ada telur, mentega, ada koyah kacang, kemudian ada susu, ada backing soda.”
Terus ini tepung apa ini bu ??
“Ini tepung garut.”
Dari daerah garut, atau apa nih ??
“Dari pohon garut.”
“Tuh, pohon nya.”
Iya iya. Tanaman garut yah. Ini rimpang nya yah bu yang dipakai atau akarnya.
Akarnya mirip sekali bentuknya kayak lengkuas dan juga jahe, cuman warnanya ini putih sekali.
Kacang kedelai
“Dari semua rasa ini, pakai susu semua ini.”
“Pakai pengembang sedikit, cukup.”
“Gula yang sudah dicampur tepung.”
“Kita tambahkan santannya, ini tepung garut.”
Jadi kalau diaduk sampai rata gini, berapa lama bu ??
“Kurang lebih 3 menit.”
Cukup yah itunya. Biasanya.
Ini tinggal dibentuk yah Bu sekarang. Segimana ??
Dalam mencetak adonan penganan ini, bahan tersebut di bulatkan dengan tangan terlebih dahulu. Lalu dibentuk agak oval memanjang.
Segini cukup ??
Ini Bu, diolesin mentaga atau dikasih topping apa gituh ?
“Enggak ada. Ini original kan, kita enggak usah pakai topping.”
Makanan ini disajikan kapan saja. Wow uniknya, panggangan Ibu Sri ini terdapat bebatuan di atas tungkunya loh. Kalau kata Ibu Sri nih, alat masak ini merupakan warisan dari leluhurnya.
Yuhu sudah matang Bagiak yang saya buat dengan Ibu Sri, tapi belum bisa langsung dimakan. Duh, masih ada teman dari panganan ini. Biar mantap tenan waktu dijajal nanti.
Tadi ibu bilang mau bikin minuman tradisional. Ini yah bahannya ??
“Iya.”
Ini ada serai, cengkeh yang masih basah, kalkulaga, kayu manis, semua unsur untuk minuman tradisional ini, ini adalah tanaman apotik hidup. Jadi pastinya banyak sekali fungsinya buat badan.
Proses cara pembuatannya diawali dengan memasukkan serai sebanyak 2 biji. Kapulaga sebanyak 5 biji. Kayu manisnya 2 batang, cengkehnya 5 cukup.
“Nah ini gula batu yang sudah kita cairkan.”
Gula batu yang dicairkan ini lebih dulu dicampur dengan temu lawak.
Kayu manisnya sudah mulai keluar aromanya. Dan banyak sekali minuman tradisional di Indonesia. Ada wedang secang, wedang ungu, terus air gurak, air guraka. Nah ini mungkin agak-agak mirip komposisinya. Saya pengen tahu nih, bedanya dengan yang lain-lain itu, apa ??
“Sari raung ini diambil dari bawah lereng gunung raung.”
Apanya ??
“Rempah-rempahnya.”
Selesai. Kue Bagiak dan Sari Raung siap dinikmati. Minumannya jadi, makanannya jadi, tapi saya minta yang ini.
“Yah, langsung saja dicicipin.”
Harum yah. Ada aroma makanan tadi. Mungkin keluar yah. Entar pola masaknya pakai tungku. Open tradisional, sekarang saya pengen coba. Meskipun di Ternate ataupun Palopo ada makanan bernama Bagea, tapi isinya ada kayak kenari nya Bu, kalau di Indonesia Timur sana.
Nah ini teksturnya lebih lunak. Karena bahan dasarnya beda. Kalau di Indonesia Timur menggunakan bahan dasar sagu, kalau yang ini pakai kayu Garut.
Enak, saya pengen coba minumannya, boleh bu ??
“Boleh. Kita cobain yuk.”
“Kita namakan sari raung karena airnya berasal dari Gunung Raung."
"Cobain ayuk."
Dimulut itu, rasa rempah-rempah semuanya bercampur di mulut. Tapi yang lebih dominan adalah aroma dan rasa kayu manis. Jadi meskipun tadi dikasih gula batu, tetap aja kayu manis yang dominan. Dan dari banyak minuman tradisional yang ada di Indonesia, tapi rasa dan aroma, ada yang khas disini. Yang menjadikan makanan dan minuman ini jadi identitas suatu daerah, yaitu Banyuwangi, Jawa Timur.
Video:
Foto:
No comments:
Post a Comment