Perlombaan menganyam Ketupat di Purbalingga |
Waktu habis, saatnya menghitung perolehan tiap peserta.
Noviati, pemenang, “Didapat oleh kelompok ke 3.”
Menyangga enggak kalau bisa menang ??
“Tidak”
Kenapa ??
“Ya, kan banyak pesertanya. Jadi enggak nyangka menang.”
Jadi, bikin gitu aja. Kok bisa cepat itu bagaimana ?
“Karena sudah biasa. Setahun sekali bikin.”
Tak hanya menang karena mampu membuat 26 selongsong ketupat dalam 15 menit, kerapian juga mempengaruhi bagi penilaian juri.
Sugiatno, kepala desa makam, “Mereka supaya mengenal ramadhan. Ketupat itu sebuah budaya, sebuah budaya kita yang lama sehingga perlu mereka ketahui dan bisa untuk mempersatu bangsa. Jadi selama ini mereka membeli saja, tapi tidak tahu membuat ketupat.”
Ya, lomba ini tak sekedar menjadi ajang berkumpulnya warga, tapi juga untuk lestarikan tradisi membuat ketupat yang kini semakin ditinggalkan.
Video:
Foto:
Perlombaan menganyam Ketupat di Purbalingga |
Perlombaan menganyam Ketupat di Purbalingga |
No comments:
Post a Comment